Liburan keluarga saya baru-baru ini ke Italia dan Swiss, dilengkapi dengan serangkaian perangkat dan aplikasi terjemahan AI, mengungkapkan kebenaran yang menyedihkan: teknologi selalu menjadi jawabannya. Meskipun menjanjikan komunikasi yang lancar, pengalaman ini menyoroti keterbatasan yang ada pada alat penerjemahan paling canggih sekalipun.
Awal yang Kacau: Kereta Menuju Venesia
Perjalanan dimulai dengan kejadian menegangkan di kereta berkecepatan tinggi menuju Venesia. Di tengah hiruk pikuk keluarga—ketidaksabaran mertua saya untuk turun dan rombongan terpecah—seorang nenek Tionghoa mencoba berkomunikasi menggunakan aplikasi. Saya mendapati diri saya berharap saya siap menghadapi kemungkinan itu dengan pasangan bahasa yang diunduh. Situasi ini menggambarkan tantangan utama: gadget terjemahan AI memerlukan persiapan dan kondisi ideal – waktu, kesabaran, koneksi internet yang andal, dan pemahaman yang jelas tentang cara kerjanya. Ketika tingkat stres meningkat, persyaratan ini menjadi sulit dipenuhi.
Pengalaman Masa Lalu Saya dengan Teknologi Terbatas
Ini adalah pertama kalinya saya merasa frustrasi karena kendala bahasa. Pada tahun 2006, saat tinggal sendirian di Tokyo sebelum ponsel pintar dan Google Terjemahan dapat diandalkan, saya mengalami banyak kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari seperti menyewa apartemen dan memesan makanan, mengandalkan laptop seberat 17 pon dan Nintendo DS dengan kartrid kamus.
Teknologi yang Saya Kemas
Untuk memastikan perjalanan tahun 2025 lancar, saya melengkapi diri dengan beberapa alat: Google Translate, Apple Translate, Pocketalk, dan TimeKettle T1. Pocketalk dan TimeKettle adalah penerjemah genggam dengan koneksi seluler dan kamera, dirancang untuk penggunaan offline dan mampu menerjemahkan tanda melalui kamera internalnya.
Realitas Terjadi: Gadget versus Mertua yang Ekstrover
Meskipun terdapat sumber daya yang tersedia, alat AI terbukti kurang membantu dibandingkan yang diperkirakan. Antusiasme keluarga saya untuk berbicara bahasa Inggris—walaupun tidak dibalas—sering kali membuat gadget menjadi tidak berguna. Selain itu, situasi seperti tawar-menawar dengan sopir taksi Pompeii atau menghadapi kekacauan tiket di Milan terbukti lebih baik ditangani dengan sedikit keberanian, dibandingkan dengan aplikasi.
Tantangan Utama dalam Penerjemahan AI
Beberapa faktor yang menyebabkan kekurangan gadget:
- Persiapan Sangat Penting: Penerjemah memerlukan pasangan bahasa yang telah diunduh sebelumnya untuk fungsi offline.
- Diperlukan Waktu & Kesabaran: Mereka memerlukan waktu untuk memprosesnya, dan komunikasi yang efektif memerlukan bimbingan orang lain untuk memahami fungsi perangkat.
- Masalah Keandalan: Gangguan, koneksi internet tidak stabil, dan baterai mati dapat mengganggu proses.
- Stres Merongrong Efektivitas: Situasi tekanan tinggi menyulitkan pengelolaan teknologi secara efektif.
Salah Tafsir dan Kesalahan Menu
Meskipun semuanya selaras, terjemahan masih bisa salah. Saat mencoba membaca label nutrisi pada botol air mineral, adik ipar saya salah bertanya apakah “calcio” berarti kalori. Terlepas dari segudang alat yang saya miliki, aplikasi tersebut mendefinisikan “calcio” sebagai sepak bola, sebuah definisi yang benar tetapi tidak relevan. Meskipun fungsi kamera Pocketalk memberikan jawaban yang benar, kesempatan itu hilang saat menunggu terjemahan. Demikian pula, upaya menerjemahkan menu panjang di kafe Swiss dengan ChatGPT terbukti lambat dan tidak efisien, karena aplikasi mengabaikan semua opsi kopi.
Momen Kebersamaan di Kereta
Perjalanan itu tidak sepenuhnya sia-sia. Saat mencoba menggunakan aplikasi terjemahannya, nenek Tionghoa di sebelah kakak ipar saya berasumsi bahwa adik ipar saya adalah orang Italia. Meskipun saya belum mengunduh bahasa Mandarin ke Pocketalk atau TimeKettle dan Wi-Fi kereta tidak dapat diandalkan, saya dapat menggunakan Google Terjemahan untuk berkomunikasi dengannya, memberi tahu dia bahwa kami orang Amerika dan saya tidak bisa berbahasa Mandarin. Hal ini memungkinkan saya untuk meyakinkan dia tentang pemberhentiannya, dan berbagi momen koneksi ketika saya mencolokkan teleponnya untuk mengisi daya.
Apa yang Sebenarnya Penting
Pada akhirnya, paket data berkecepatan tinggi untuk ponsel saya terbukti merupakan alat yang paling berguna. Meski begitu, saya bisa melihat betapa teknologi penerjemahan akan bermanfaat bagi pelancong solo, mereka yang tinggal di luar negeri dalam jangka pendek, atau mereka yang perlu berkomunikasi dalam situasi medis atau hukum. Meskipun teknologi tidak menyelesaikan semua tantangan komunikasi keluarga saya, teknologi membantu meringankan ketakutan orang asing yang merasa cemas dan sendirian.
Pengalaman ini menggarisbawahi kebenaran sederhana: teknologi dapat membantu, namun tidak dapat menggantikan kebaikan manusia dan akal sehat. Terkadang, hanya senyuman dan gerak tubuh sederhana yang diperlukan untuk menjembatani kendala bahasa dan menciptakan hubungan yang bermakna. > Pada akhirnya, tidak ada penerjemah AI yang dapat membantu saya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa saya membantunya. Yang bisa kukatakan hanyalah nenek itu mirip ibuku. Jika dia sendirian dan ketakutan di Italia, saya ingin orang asing membantunya juga






























